Hari Ini

Death Worm Mongolia

Update 03 August 2010 at 14:05. Dalam topik Makhluk Cryptid

Death Worm Mongolia atau diterjemahkan menjadi Cacing kematian Mongolia adalah makhluk cryptid yang dilaporkan ada di gurun Gobi. Hewan ini bertubuh gemuk dan berwarna merah cerah, memiliki panjang sekitar 0,6 sampai 1,5 meter. Sungguh ukuran yang spektakuler untuk sebuah cacing, jelas cacing ini bukan cacing biasa yang terdapat di dalam tanah pekarangan rumah anda yang berfungsi menggemburkan tanah seperti yang diajarkan saat anda SD. Cacing ini disebut oleh penduduk sekitar sebagai olgoi khorkhoi dimana olgoi berarti cacing besar dan khorkhoi adalah usus, sehingga ejaan yang lengkap untuk cacing ini adalah cacing usus yang besar


Sebelum kita membahas cacing super ini, saya ingin menjelaskan tentang istilah-istilah yang akan sering digunakan disini. Cryptid dalam arti sempit berarti sembunyi atau tersembunyi, hewan cryptid berarti hewan yang tersembunyi dan belum disentuh atau diketahui oleh sains modern, cryptozoology adalah ilmu yang mempelajari tentang hewan-hewan cryptid, hoax adalah kebohongan atau palsu, baik dipalsukan secara sengaja atau palsu karena salah persepsi tentang suatu hal.

Kembali ke laptop, pembahasan lebih lanjut mengenai cacing usus. Cacing usus? Bukannya cacing usus itu adalah cacing pita? Yang tinggal di saluran pencernaan sehingga membuat orang kena cacingan, apa benar Death Worm Mongolia adalah cacing pita? Yang jelas bukan. Kenapa Death Worm Mongolia disebut sebagai cacing usus adalah karena bentuk tubuhnya yang mirip usus seekor lembu, jadi rupa dari Death Worm Mongolia seperti usus sapi yang hidup namun lebih besar dan panjang. Makhluk cryptid satu ini bertubuh beruas-ruas seperti cacing pada umumnya, berwarna merah darah dan kadang-kadang digambarkan memiliki bintik-bintik gelap atau bercak.

Makhluk ini dilaporkan dapat menyemrotkan asam yang dapat mengkorosi logam, tentu saja hal ini bisa menyebabkan kematian seketika, juga ada laporan mengenai kemampuan cacing ini dalam membunuh jarak jauh dengan sengatan listrik tegangan tinggi. Cerita rakyat setempat mengatakan kalau cacing ini berhibernasi hampir sepanjang tahun tapi menjadi aktif pada bulan Juni dan Juli, mereka juga percaya kalau Death Worm Mongolia suka keluar dari tanah setelah hujan.

Sebenarnya makhluk apa ini? Apa di sisi tak terjamah dari gurun Gobi benar-benar menyimpan seekor cacing pembunuh? Apakah ada teori lain yang menjelaskan makhluk apa ini?

Mungkinkah makhluk ini jenis Belut listrik tanah?

Belut listrik atau Electrophorus electricus menyerupai cacing panjang dan telah dikonfirmasi oleh sains modern bahwa belut listrik dapat menghasilkan listrik yang cukup kuat yaitu mencapai 500-650 volt untuk membuat pingsan bahkan membunuh mangsanya. Mereka cenderung tinggal di dasar air yang berlumpur dan naik ke permukaan setiap 10 menit atau lebih, binatang ini akan menghirup udara sebelum kembali ke bawah. Hampir 80% dari oksigen yang digunakan oleh belut diambil dengan cara ini. Ini menunjukkan bahwa belut ini memunyai kesempatan hidup di darat mengingat kepercayaan lokal kalau Death Worm suka keluar umumnya setelah hujan.

Sampai dengan 6000 electroplates diatur seperti sel kering di dalam tubuh belut ini. Tubuh belut listrik mirip dengan baterai. Ujung ekor memiliki muatan positif dan kepala bermuatan negatif. Bila menyentuh bagian badannya, belut akan mengirimkan kejutan listrik melalui tubuhnya.
Hal ini menjelaskan bagaimana Death Worm Mongolia dapat mengeluarkan kejutan listrik, tapi tidak menjelaskan tentang semprotan racun asam.


Wujud sebuah Makhluk mistik?

Ada juga yang berendapat kalau Cacing ini adalah sebuah makhluk bersifat magic yang diciptakan untuk melindungi rahasia peradaban kuno hilang yang pernah ada di gurun Gobi? Mungkin ada rahasia yang belum terkuak misalnya kuburan, terowongan atau gua, benda-benda mustika, harta karun, surat gulungan kuno dan teknologi canggih yang terkubur dibawah pasir dan batu gurun Gobi. Mungkin orang yang berpendapat demikian mendapat inspirasi dari film The Mummy :)

Gurun Gobi sendiri memiliki arti “Sangat besar dan kering” dalam bahasa Mongolia. Memiliki luas sekitar 1.300.000 km persegi yang menjadikannya salah satu padang pasir terbesar di dunia, selain itu gurun Gobi berbeda dengan gurun pada umumnya karena kebanyakan wilayahnya tidak terlalu berpasir namun dipenuhi dengan batu-batu keras. Teori mengenai adanya situs-situs kuno tak terjamah di gurun gobi mungkin tidak menutup kemungkinan benarnya.


Seekor Spitting Cobra?

Spitting cobra adalah ular berbisa yang memiliki metode pengeluaran racun yang berbeda dengan ular berbisa umumnya. Seekor Spitting Cobra mengeluarkan racun yang sangat menyakitkan dengan cara menyemprotkan langsung pada mata mangsa atau musuh dalam jangkauannya, Cobra ini sangat akurat dalam menyemprot racun pada jarak lebih dari 10 kaki.

Fisik yang mirip dengan Death Worm Mongolia membuatnya menjadi kandidat jati diri Death Worm yang sebenarnya. Beberapa Spitting Cobra berwarna kemerahan mirip dengan tubuh Death Worm yang sering dilaporkan bertubuh berwarna merah. Mereka berdua juga punya jurus menyemprot racun yang sama, mungkinkah mereka teman sekelas dalam kursus menyemprot racun asam? Who knows? Namun beberapa laporan menunjukkan bahwa penampakan yang terlihat memiliki tubuh halus tanpa sisik.


Perkembangan investigasi Death Worm Mongolia

Kisah Olgoi Khorkhoi telah diceritakan oleh penduduk asli Gobi sejak lama, namun pertama kali menjadi perhatian Barat adalah hasil karya dari Profesor Roy Chapman Andrew, On The Trail of Ancient Man (1926) mengutip kata-kata Perdana Menteri Mongolia Damdinbazar yang menjelaskan tentang cacing Olgoi Khorkhoi

«It is shaped like a sausage about two feet long, has no head nor leg and it is so poisonous that merely to touch it means instant death. It lives in the most desolate parts of the Gobi Desert…»

Pada tahun 1932 Andrew kembali menginformasikan hal ini ke dalam buku "The New Conquest of Central Asia"

Penjelajah Ceko Ivan Mackerle berpendapat mengenai hewan cryptid ini
"Sausage-like worm over half a metre (20 inches) long, and thick as a man’s arm, resembling the intestine of cattle. Its tail is short, as [if] it were cut off, but not tapered. It is difficult to tell its head from its tail because it has no visible eyes, nostrils or mouth. Its colour is dark red, like blood or salami… It moves in odd ways – either it rolls around or squirms sideways, sweeping its way about. It lives in desolate sand dunes and in the hot valleys of the Gobi desert with saxaul plants underground. It is possible to see it only during the hottest months of the year, June and July; later it burrows into the sand and sleeps. It gets out on the ground mainly after the rain, when the ground is wet. It is dangerous, because it can kill people and animals instantly at a range of several metres."

Zoologi dari Inggris Karl Shuker membawa binatang ini kembali menjadi perhatian umum masyarakat pada tahun 1996 dalam bukunya The Unexplained, setelah satu tahun kemudian oleh Fortean Studies menjadikan Death Worm sebagai bahan penelitian dan mencetak buku lain sebagai pengembangan dari buku yang diterbitkan Karl, The Beasts that Hide from Man. Yang disimpulkan bahwa Olgoi Khorkhoi adalah cacing Amphisbaenid

Lore Coleman menulis buku yang memuat Death Worm Mongolia sebagai salah satu dari hewan cryptid dalam bukunya Cryptozoology A to Z.

Ekspedisi hasil kerja sama pada tahun 2005 oleh Centre of Fortean Zoology menyelidiki laporan terbaru dan penampakan makhluk itu, namun mereka sama sekali tidak menemukan bukti keberadaannya, mungkin cacing ini hidup jauh di Gurun Gobi dalam daerah terlarang perbatasan Mongolia-Cina

Pada tahun 2005 wartawan zoology Richard Freeman berekspedisi untuk berburu Death Worm, tetapi datang dengan tangan kosong.

Seorang wartawan televisi Selandia baru bernama David Farrier ikut dalam ekspedisi yang dilakukan pada bulan Agustus 2009, namun tetap saja pulang dengan tangan kosong.


Saat ini masih belum ada bukti konkrit mengenai keberadaan Death Worm Mongolia, namun pihak Mongolia benar-benar percaya Olgoi Khorkhoi itu nyata, bahkan seorang Perdana Menteri pun berkata demikian.

Jika ditimbang-timbang manakah penjelasan yang paling masuk akal? Menurut saya adalah Cacing Kematian Mongolia adalah seekor Spitting Cobra seperti penjelasan sebelumnya bahwa mereka punya kesamaan fisik dan keahlian, namun jika teori Spitting Cobra menjelaskan tentang bagaimana Cacing itu menyemprotkan racun asam, lalu bagian mana memuat penjelasan tentang sengatan listrik?

Mungkin para saksi terlalu terkejut melihat penampakan cacing ini, sehingga terasa tersengat listrik saking terkejut dan takutnya.
Just My Opinion...


*Published & Copyright by Memories

(Wikipedia, virtuescience)